Buih kerumunan
Bau padanya sedih sedan
Tetapi kepada embun,
kata hati
Menggantung pada kaca-kaca
abstraksi
“Telingkup cahaya,
tertatih, kepada hinggap yang mengalir. Kepadanya hanya kuingin putih, yang
tersemayam dalam rapal trotoir.”
Tegarkan akar nafas. Berebut
udara
Petrichor : menghafal wangi
tak pandan, tak indah
Tak ayal lebih sang
nyata siapkan warna
gerimis kan bangkit
merangkai sedih tanah
sementara
hujan belum juga reda..
diamembisu.com
Hai! Saya Akbar Hari Moe. Penyuka dunia kepenulisan dan seni sastra. diamembisu.com merupakan self project sejak tahun 2011 hingga sekarang. diamembisu.com percaya, semua orang perlu didengar dan dimengerti. Dan lewat puisi, hal tersebut bisa dipenuhi
0 komentar:
Post a Comment