Di dapur, perempuan itu ingin sekali

memasak

waktu. Hingga matang. Sehingga

ia bisa menghidangkannya kepada

paku-paku yang menancap di tembok itu;

yang menggantungkan

foto-foto kenangan.


Setengah matang, waktu-waktu

yang telah dikelupas itu memutar waktu

ke belakang. Membuat perempuan itu

kejang-kejang.


Kemudian, dapur itu menjadi mesin waktu.