Di antara memori-memori yang

mulai kehilangan rimanya, engkau

terjaga. Tak tenang.

Takut

kepada usainya percakapan bersama

orang-orang.


Engkau tak ingin berpisah, tetapi

maut adalah mata pisau yang berada

di jalanan, siap menikam

engkau yang sedang terjatuh di gedung

itu. Bercumbu.


Tiba-tiba, figuran di sudut ruangan itu

menghampirimu.

Berkata,

"Sebaiknya engkau melatih ekspresi sedihmu

agar terlihat meyakinkan."