Hebat sekali bocah itu. Sudah seharian ini dia terus berlari tanpa sedikitpun berhenti mengistirahatkan kakinya. Matanya sungguh menggambarkan kesenangan yang tiada tara. Seakan-akan semua yang ada pada jangkauan penglihatannya adalah magis, indah


“bu, itu apa ?” suara anak itu menunjuk ke atas.

“itu namanya senja, sayang. Indah bukan ?” Nampak sang ibu yang menjawab sambil tersenyum.
“iya”. Lalu anak itu kembali berlarian ke sana-ke sini.

Memang taman senja itu tidak terlalu riuh, hanya beberapa ibu yang menunggui anaknya bermain-main. Namun tak seperti anak-anak lainnya, anak itu berlarian tanpa kenal lelah. Beberapa ibu sampai dibuat terheran-heran dengan tingkah anak itu, yang berlari-lari dengan sangat ceria.

Tiada yang mencintai seperti anak itu. Bisa aku lihat dari rona mata itu, dan tangan-tangan itu. Seakan-akan ingin menggenggam semuanya. Keceriaan itu, tingkah polah itu, sungguh sangat menakjubkan..

“ibu, yang itu namanya apa ?” anak itu mendekat ke ibunya dan menunjuk ke atas pohon.

“itu rumah burung, nak. Tempat si ibu burung memberi makan anak-anaknya sampai mereka besar dan bisa terbang.” Sang ibu menjawab.

“bu, aku ingin bisa terbang juga.. seperti burung itu. Yeeeeiy..” anak itu lalu berlari sambil mengepak-ngepakkan kedua tangannya menirukan sayap burung.

Ibu-ibu yang  lain yang nampak memperhatikan anak itu lalu bertanya ke ibunya.

“bu, terlihat senang sekali anaknya.”

“iya, dia memang selalu senang setiap melihat sesuatu, sejak..”

“sejak apa, bu ?” ibu-ibu yang lain segera menimpali dengan pertanyaan.


“sejak ia mendapatkan kembali penglihatannya…”