Malam kian larut;
Setelah kubaca puisi
terakhir, kerumunan nokturno ini kembali ke ranah hidupnya masing-masing :
kenang
Hanya kepada cangkir
nyaris menggugah kita kepada rasa penasaran yang tidak terlapukkan angan
Bahkan tidak kepada
kata-kata, mereka kini antitesis yang sempurna
Wajahmu pucat, aku tahu
Setelah kita berhenti
di ribuan kilometer seusai kata pertama terucap
Lelah pikir,
disleksia
dan jadilah aku di sini,
tertekuk,
mengutuk;
pada serigala yang tak lelah
jajahi ladangnya
diorama kata,
kehilangan rimanya
berdelusi : apa hanya
pada cangkir ini aku tak mampu henti meratap ?
pada radio yang mampu terjemahkan rasa,
pada radio yang mampu terjemahkan rasa,
cangkir ini memang
sudah tak bisa lagi dibagi
diamembisu.com
Hai! Saya Akbar Hari Moe. Penyuka dunia kepenulisan dan seni sastra. diamembisu.com merupakan self project sejak tahun 2011 hingga sekarang. diamembisu.com percaya, semua orang perlu didengar dan dimengerti. Dan lewat puisi, hal tersebut bisa dipenuhi
0 komentar:
Post a Comment