Di buku puisi yang lusuh itu, kau

bersembunyi

di kalimat terakhir.


Diam, membisu, kau

berbisik kepada jeda yang panjang, sebelum

paragraf baru dimulai.


Kau tak perlu menjadi angkasa.

Merangkai semua, seorang

diri.


Di pertigaan yang surreal, kau semesta

matamu membara.