"Aku ingin membuat mesin waktu,"

kalimat itu berulangkali menggema di benak

laki-laki itu. Sembari melamun. Menunggu

rindunya tak lagi menggigil; ia ingin

mencurangi waktu.


Tetapi ia tersadar; hangat paling hakiki adalah

ketika kulitnya bersentuhan dengan

kulit kekasihnya.

Menghapus jarak, menyatu dalam rindu.

Di detik itu, laki-laki itu ingin menunggu. Ia

takkan abai pada penantian.