Aku suka menunggu di dekat

jendela,

melihat ke luar. Meraba jawaban-jawaban

atas pertanyaan yang selalu hadir di

luar.


"Mengenal diri sendiri adalah pelajaran

seumur hidup," ujarmu, tempo waktu. Aku

tertegun. Kini aku bahkan tak

mengenal

diriku sendiri.


"Aku belum ingin menjadi diriku sendiri,

seutuhnya," timpalku, masih

menatap jendela.


Di luar, awan merah berkilat-kilat,

memanggil

namamu.