Perempuan itu mengejar bayangannya

sendiri. Menurutnya

bayangan itu cantik,

seperti pelacur, di kebun itu.

Pelacur-pelacur itu memang gemar

bersolek, sedangkan perempuan itu

tidak.


Perempuan itu sampai di titik

di mana ia tak mampu mengejar

bayangannya sendiri.

Padahal

dirinya telah berlari secepat

serigala. Ia pun punya akal:

ia ingin membunuh bayangannya sendiri.


Ia berhasil menancapkan pisau di dada

bayangannya. Bayangan itu

meregang nyawa.

Tak bergerak. Lantas, bayangan-

bayangan lain mendekati bayangan itu.

Mencoba mengobati, menambal luka. Tetapi

gagal. Bayangan itu mati.


Konon, perempuan itu kini berubah menjadi

bayangan.