1.
Tunggu dan jangan gegabah
Melaju mengayun kaki melangkah
Di kota usang, selalu ada seribu simpang
Mengantar kita dikerumunan jalang


Katamu di sini tempatmu belajar mengeja
Kau tak ingin sampai, di atas hujan kau berbisik
Di tempat ribu kaki-kaki yang entah siapa
Lingkar yang kini semu, henti waktu, tanpa detik

2.
Malamku dan malammu adalah sebuah toko pecinan yang penuh remang-remang,
Isinya patung serdadu hijau yang berserakan
Dan segala pernak-pernik kegelisahan tak tentu makna,
Tak ada yang mengantar kita,
Namun seperti yang kau bilang: malam yang riuh adalah malam dengan ribuan festival bintang, menuju kenang
mungkin kau suka, bukankah engkau suka dengan kerlip yang memanja ?

3.
Teater tua mengantar kita tanggalkan kejenuhan
Hanya kita, bangku-bangku yang bisu, dan rembulan yang tak pernah patah arang
Kau bilang Magelang, aku bilang kota tua yang tak putus asa
Berbagi helai makna untuk sela-sela waktumu
Sebab waktu tak lagi bertaruh dengan malam-malam yang telah kita lalui

Barangkali kita lupa merasakan kota-kota purba yang telah berganti muka

4.
Hasrat hanya mengantar kita sejauh ini
Kota tua dan jalan-jalan tak tentu arah
Tentu binar-binarnya terasa, namun yang kita cari tak pernah bersua:
Dialog puing-puing, di sudut-sudut itu, di relung-relung itu


Malam sudah sangat jauh,
manusia manusia berubah menjadi nokturno. Mengawetkan malam bersama gonggongan anjing liar
tunggu, dan jangan gegabah
di kota tua, selalu ada sejuta simpang ..