Aku diam dikesepian halte usang
Ketika jam jam tak tampak berdetak
Mengisi lorong tiada bergerak


Dalam halte kesepian berbisik
“sampai kapan kamu berani temui esok ?”
Sementara banyak penggalan belum bersua

Di halte, pertanyaan pertanyaan serupa pisau
Siang adalah tiang layar tiada layar
Beradu, mengais ngais antara garis

Nyatanya, di halte
Aku masih setia menunggu