Lantas apa bedanya tangis luka yang kau anggap lara itu
Dengan coreng moreng kelakar
Jika kau pun masih mampu bernafas setelahnya

Lihat , ditengah kami kini terbentang ribuan siksa
Bangun , ada sejengkal tanah buatmu

Sementara kami harus berjibaku melawan guntur dan hujan batu
Aroma belerang , entah dari lobang yang mana memenuhi paru

Ketika tatapanku menuju utara , di sebuah titik hitam disana
Sedang merah membara
Ada luka yang engkau belai
Menjadi kursi kebun biru laut

Seluruh kehidupan
Tumbuhlah dalam pikiran