Credit photo: Google.


"Putus cinta adalah akhir dari segalanya," kata orang-orang. Untungnya, Harley Quinn bukanlah orang itu.

Alih-alih, ia memulai ceritanya sendiri; Sang Harley Quinn yang berdikari, lepas dari bayang-bayang Mr. J.

Menonton Birds of Prey: And the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn (selanjutnya ditulis BoP), adalah menonton sebuah cara tak biasa seorang manusia untuk move on dari mantannya.

Di awal-awal scene, sutradara Cathy Yan sudah meletakkan pondasi kuat bahwa setelah putus dengan Joker, Harley Quinn tak akan terlena dengan kesedihan.

Meledakkan pabrik kimia yang merupakan simbolisasi kisah cintanya dengan Joker, Cathy memberikan pesan kuat di BoP bahwa si ratu badut Kota Gotham tetap kuat meski tanpa Joker.

Credit photo: Google.

Yang menarik dari film ini adalah bagaimana Cathy Yan mampu memberikan ide cerita yang unik sehingga mematahkan anggapan orang-orang (saya terutama) bahwa BoP akan sama buruknya dengan Suicide Squad.

BoP bahkan memberikan pemahaman yang baik dan lebih masuk akal saat Harley menceburkan diri ke larutan asam racun sehingga menjadi badut psikopat.

Menonton film-film DCEU seperti BoP harus dibarengi kesadaran bahwa film mereka akan berbeda dengan film-film MCU.

Misal dari sisi character building.

Film-film di MCU selalu menjaga formula itu sejak phrase 1. Sementara film-film DCEU tidak.

Meski begitu, di BoP, sutradara mampu memberi porsi penceritaan kepada para karakter yang muncul selain Harley Quinn.

Semisal Huntress, Renee Montoya, Black Canary, Black Mask, Zsasz, bahkan Cassandra Cain.

Meski porsi Harley Quinn tetaplah paling banyak, mengingat film ini termasuk Harley Quinn Show, namun porsi para karakter BoP tetap terjaga.

Sehingga menonton film ini rasa-rasanya tidak membosankan (apalagi jika dibandingkan dengan Suicide Squad).

Credit photo: Google.

Yang kurang dari film ini adalah kurangnya pesan emansipasi wanita yang sempat dikampanyekan.

Namun, film ini tetaplah tontonan asik untuk ditonton. Another hint untuk MCU, karena sekat-sekat superhero-villain di film DCEU tak terlalu saklek, sehingga penonton tak didikte dengan premis si A benar si B salah.