Aku tak pernah menyangka, bisa berteman dengan

tukang hoaks.


Leq namanya. Ia penyebar berita bohong di sosial

media.

Anehnya, ia tak pernah sekalipun dibayar

untuk itu.

Leq tidak pernah menerima sepeserpun

uang dari orang lain untuk membuat

info-info palsu di sosial media.


Yang ia lakukan, hanya berdasar

kesenangannya saja.


"Masa?" tanyaku.

"Iya."


Bayangkan, kurang sia-sia apalagi itu.


Seharusnya, sebagai teman, aku

memperingatkannya

untuk tidak membuat informasi palsu

di sosial media.


Jahat sekali, pikirku, jika ada orang

yang secara sadar memberi

informasi palsu

kepada orang lain.

Seharusnya aku memberinya nasehat.


Tetapi tidak.


Sebagai teman, ternyata aku tidak

melakukan itu. Aku selalu ingat pesan ibuku;

jangan pernah memberi nasehat kepada

dua macam manusia.


Mereka yang mencintai seseorang, dan

mereka yang mencintai sesuatu.


**

Hari ini, ia membuat hoaks di media sosial. Aku

membacanya. Leq, bersama gawainya, berada

di sebelahku.


"Jangan sampai anak kita diimunisasi! Karena

vaksin yang diberikan mengandung hewan yang

tidak sesuai dengan ajaran agama kita."


Aku mengernyitkan dahi. Hingga di detik aku

membacanya, postingan Leq mendapat

beragam komentar.


"Iya, itu benar!" sahut satu akun.


"Ada buktinya?" sahut akun lain.


"Imunisasi itu penting, untuk mencegah

anak kita terkena penyakit. Di sana ada vaksin

polio, TBC, campak, kombinasi, dan hepatitis B," ujar

akun seorang dokter, menimpali.


Leq cekikikan. Aku terheran.


"Kau mau tau kenapa aku jadi tukang hoaks?"

katanya.


"Mengapa?"


"Karena aku suka belajar."


Aku semakin terheran.


"Kau tahu, jika aku membuat informasi hoaks, di

kolom komentar selalu ada minimal satu akun

yang menyanggahku dan memberikan

informasi yang benar? Seperti tulisan hoaksku

tentang imunisasi," jelasnya.

"Benar."


"Di media sosial, agar kamu

mendapat informasi yang benar, yang kamu

lakukan bukanlah memberikan pertanyaan."


"Tetapi buatlah informasi palsu," katanya.


"Itulah mengapa aku selalu mendapat pelajaran

dari informasi hoaks," terang Leq sejurus

kemudian.


Kini aku pun paham.


Aku tak pernah menyangka, bisa belajar dari si

tukang hoaks.