Orang tua di kepalaku selalu kehilangan

waktu. Di hentakan kakinya, mengalir sejuta

tanda tanya. Ia meracau.


Sementara waktu semakin membisu, ia masih

jalan di tempat.


Ia selalu berpikir malam dan mimpi

memiliki satu ibu. Keduanya tempat bersandar,

dan tempat menepis segala ingatan,

tentangmu.



Di titik itu, orang tua di kepalaku berhenti

meracau. Suaranya yang parau

tak lagi menggema di sekitar ruangan