(doc. Humas Pemkot Solo)

Solo Menari Gambyong 5.000 Penari sabet rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), Minggu (29/4) pagi. 

Ada 5.035 pelajar dan masyarakat menari Tari Gambyong secara serentak di area car free day (CFD) Jalan Slamet Riyadi, Solo.

Solo Menari Gambyong 5 ribu Penari dalam rangka menyemarakkan Hari Tari Sedunia. 

Lemah gemulai tarian yang diperuntukkan menyambut tamu mampu memukau ribuan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan. 

"Acara ini tercatat dalam rekor MURI yang ke 8.434," ujar Manajer MURI Ariyani Siregar usai acara Solo Menari Gambyong 5.000 Penari di Kota Solo. 

Event ini memecahkan rekor sebelumnya dengan melibatkan 1.001 penari pada 29 April 2017 lalu yang juga digelar di Kota Solo.

Kabid Kesenian, Sejarah, dan Sastra Dinas Kebudayaan (Disbud) Solo Maretha Dinar Cahyono mengatakan, Tari Gambyong dipilih karena merupakan salah satu tarian asli Solo. 

Pada sisi lain juga membangun pengetahuan mengenai Gambyong dengan cara mengajak generasi muda untuk mengenal dan ikut menari. 

"Tari Gambyong adalah tarian Jawa klasik yang berasal dari Surakarta. Biasanya dibawakan untuk pertunjukkan atau menyambut tamu," ujar Maretha Dinar Cahyono.

Dulunya, Gambyong berawal dari nama seorang penari ledhek di zaman Pakoe Boewono IV di Solo. 

Penari itu disebut dalam buku Cariyos Lelampahanipun karya R Ng Ronggowarsito tahun 1803-1873. 

Dalam buku itu mengungkapkan adanya penari ledhek yang bernama Gambyong yang memiliki kemahiran dalam menari dan kemerduan suara. 

Sehingga menjadi pujaan kaum muda zaman itu.